Fiqih

Selasa, 04 Desember 2012

Kaidah-kaidah yang diburtukan para mufassir


NO
KOMPETENSI
INDIKATOR
2.
Memahami kaidah-kaidah dalam menafsirkan al Quran dan mengenal metode tafsir analisis (tahlili) dan tafsir tematik (maudlui).
Menjelaskan penggunaan dlamir, ta’rif dan tankir, ifrad dan jama, su’al dan jawab serta mutaradifat dalam al Qur’an..
Menjelaskan metode tafsir tahlili (analisis) dan metode tafsir maudlui (tematik).


A.   Menjelaskan penggunaan dlamir
Fungsi Dhamir (Kata Ganti)
            Pada dasarnya dhamir diletakkan untuk mempersingkat perkataan, ia berfungsi untuk menyebutkan kata-kata yang banyak dan menempati kata-kata itu secara sempurna tanpa mengubah makna yang dimaksud dan tanpa pengulangan.
Ibnu Malik dalam kitab At-Tashil menyatakan Penjelas dhamir ghoib itu adalah lafadz yang terdekat denganya kecuali bila ada dalil yang munujukan lain. Terkadang tempat kembali (marja’) dhamir itu dijelaskan lafadznya dan terkadang tidak dijelaskan karena ada indicator baik yang indrawi maupun yang diketahui melaluui penalaran, atau dengan menyebut bagian marja’, keseluruhannya, imbangnya atau yang menyertainya, dalam bentuk apapun.
Dengan demikian marja’ dhamir ghaib adalah
1.      Marja’ dhamir adalah lafadzh yang telah disebutkan sebelumnya dan harus sesuai dengannya .
( يكون ملفوظا به سابقا عليه مطابقا له)
Contoh : ونادى نوح ابنه ( هود 42)
2.      Marja’ dhamir adalah lafadz yang mendahuluinya itu mengandung apa yang dimaksud oleh dhamir.
(يكون ما سبق متضمنا له)
Contoh :  (ولا يجرمنكم شنآن قوم على ألا تعدلوا اعدلوا هو أقرب للتقوى(المائدة : 8
Dhamir هو kembali kepada makna lafadz yang terkandung pada اعدلوا yaitu العدل
3.      Marja’ dhamir adalah lafadz yang mendahuluinya itu mununjuk kepada dhamir berdasar keniscayaan.
(يكون المرجع دالا عليه بالتزام)
Contoh : فمن عفي له من أخيه شيئ فاتباع بالمعروف و أداء إليه بإحسان ( البقرة : 178)
Dhamir pada kata إليه kembali pada lafadz العافي (orang yang memaafkan) yang harus ada sebagai perwujudan dari adanya lafadz عفي (dimaafkan)
4.      Marja’ dhamir terletak sesudah lafadz dhamir itu sendiri, namun hanya dalam pengucapan saja.
(يكون المرجع متأخرا لفظا لا رتبة )
Contoh : فأوجس في نفسه خيفة موسى ( طه : 67)
5.      Marja’ dhamir terletak sesudah lafadz dhamir itu sendiri dalam pengucapan dan kedudukan.
(يكون المرجع متأخرا لفظا و رتبة )
Contoh: Sebagai mana yang terdapat pada:
1.      dhamir شأن  (urusan/keadaan): قل هو الله أحد(الاخلاص: 1)
2.       قصة (kisah):  فإذا هي شاخصة (الأنبياء : 178)
3.      نعم (kebaikan) : فنعم أجرالعاملين ( الزمر :74 )
4.       بئس (kejelekan) : بئس للظالمين بدلا(الكهف : 50)
6.      Marja’ dhamir terletak sesudah lafadz dhamir yang diketahui karena indikatornya.
((يكون المرجع متأخرا دالا عليه
Contoh: فلولا إذا بلغت الحلقوم ( الواقعة :83)
Dhamir rofa’ yang tersimpan disini ditunjukan oleh lafadz الحلقوم yaitu الروح yang apa bila ditulis dengan lengakap maka akan berbunyi  فلولا إذا بلغت الروح الحلقوم
7.      Marja’ dhmir diketahui dari kontek kalimat
(يكون المرجع مفهوما من السياق)
Contoh:
1.      كل من عليها فان marja’ dhamirnya adalah الأرض
2.      إنا أنولناه في ليلة القدر marja’ dhamirnya adalah القرآن
8.      Dhamir kadang kembali kepada lafadz bukan kepada makna
(عاد الضمير على اللفظ دون المعنى)
Contoh:
وما يعمر من معمر و لا ينقص من عمره إلا في كتاب
Dhamir pada ‘umurhi kembali kepada lafadz “mu’ammar” namun yang dimaksud adalah mu’ammar yang lain
قال الفرّاء : يريد آخر غير الأوّل ، فكنى عنه بالضمير كأنه الأوّل : لأن لفظ الثاني لو ظهر كان كالأوّل كأنه قال : ولا ينقص من عمر معمر ، فالكناية في عمره ترجع إلى آخر غير الأوّل ، ومثله قولك : عندي درهم ونصفه ، أي : نصف آخر
9.      Dhamir kadang kembali kepada makna saja.
يَسْتَفْتُونَكَ قُلِ اللَّهُ يُفْتِيكُمْ فِي الْكَلَالَةِ إِنِ امْرُؤٌ هَلَكَ لَيْسَ لَهُ وَلَدٌ وَلَهُ أُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَ وَهُوَ يَرِثُهَا إِنْ لَمْ يَكُنْ لَهَا وَلَدٌ فَإِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ
(An-nisaa:176) Dhamir pada كانتا tidak didahuli oleh lafadz tasniyah sebagai marja’ karena lafadz كلالة  dapat dipakai untuk mufrod, atau lebih dari dua orang. Maka penggunaan tastniyah pada dhamir yang kemali pada kalalah itu didasarkan pada maknanya.
            وَآَتُوا النِّسَاءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً فَإِنْ طِبْنَ لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِنْهُ نَفْسًا 
            Dhamir مِنْهُ kembali kepada makna  صَدُقَاتِهِنَّ sebab dalam makna yang sama dengan ما أصدق  atau الصدق

B.   Isim ma’rifah dan nakiroh

A.    Nakiroh
Penggunan isim nakiroh mempunyai beberapa fungsi di ataranya :
1.      Untuk menunjukan satu (إرادة الوحدة)
Contoh : وَجَاءَ رَجُلٌ مِنْ اَقْصَى المَدِينَةِ يَسْعَى  ( يس : 20 )
Rojulun maksudnya adalah seorang laki-laki
2.      Untuk menunjukan jenis(إرادة النوع).
Contoh : وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَى حَيَاةٍ – البقرة :96)
Yakni satu macam kehiupan dengan bekerja keras menuntut tambahan masa depan, sebab keinginan itu bukan terhadap masa lalu atau masa sekarang.
  1. Untuk menunjukan Satu dan Jenis sekaligus.
Contoh : (النور 45) وَاللَّهُ خَلَقَ كُلَّ دَابَّةٍ مِنْ مَاءٍ
Maksudnya setiap jenis binatang itu berasal dari satu jenis air dan setiap individu(satu) binatang itu berasal dari satu  nutfah( air mani)
  1. Untuk membesarkan dan memuliakan (للتعظيم)
Contoh :( البقرة : 279) فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ
Yaitu perang yang besar
  1. Untuk menunjukan arti banyak dan melimpah (للتكثير)
Contoh: فَلَمَّا جَاءَ السَّحَرَةُ قَالُوا لِفِرْعَوْنَ أَئِنَّ لَنَا لَأَجْرًا إِنْ كُنَّا نَحْنُ الْغَالِبِين(الشعراء : 41)
Kata  أَجْرًا Maksudnya adalah Pahala yang banyak dan melimpah
  1. Untuk meremehkan dan merendahkan (للتحقير)
Contoh :) مِنْ أَيِّ شَيْئٍ خَلَقَهُ ( عبس : 18
Kata شَيْئٍ Menunjukan makna sesuatu yang hina.
  1. Untuk menyatakan sedikit (للتقليل )
Contoh :
وَعَدَ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ ( التوبة : 72)
            Kata رِضْوَانٌ menujukan arti keridoan yang sedikit yang sedikit dari Allah itu lebih besar nilainya dari pada surgas

  1. Ma’rifat

Isim ma’rifah mempunyi beberapa fungsi sesuai dengan jenis dan macamnya.
·         Isim Ma’rifah bisa dengan dhomir maupun dengan isim alam
·         Dengan isim alam(nanma) berfungsi untuk menghadirkan pemilik nama dalam benak pendengar dengan cara menyebutkan namanya yang khas yaitu:
a.        untuk menghormati dan memulyakan
Contoh            : Surat al Fath مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُم
b.      Untuk menghinakan / merendahkan
Contoh : Surat (Al Lahab ) تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبّ
·         Dengan menggunkan isim isyaroh (kata tunjuk)
a.       Untuk menjelaskan bahwa sesuatu itu dekat
Surat luqman 11 : هَذَا خَلْقُ اللَّهِ فَأَرُونِي مَاذَا خَلَقَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ بَلِ الظَّالِمُونَ فِي ضَلَالٍ مُبِي
b.      Menunjukan keadaan jauh
Surat al baqarah 5 :   أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
c.       Untuk menghinakan dengan menggunakan isim isyarat dekat
Surat al ankabut 64 : وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ
d.      Untuk memulyakan/ mengagungkan dengan isyaro jauh
Surat al baqaroh 1: ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِي
e.       Untuk memulyakan dengan menggunakan isim isyarat jauh
Surat al baqarah 2 : ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِي
f.       Untuk mengingatkan (litanbih)
·         Pema’rifatan dengan isim mausul berugsi untuk
a.       Untuk menutupi/menyembunyikan nama
Surat al ahqof 17: وَالَّذِي قَالَ لِوَالِدَيْهِ أُفٍّ لَكُمَا
Surat yusuf 23 : وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِه
b.      Untuk menunjukan arti umum
Surat al nkabut 69: وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
c.       Untuk meringkas
Surat al ahzab 69: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ آَذَوْا مُوسَى فَبَرَّأَهُ اللَّهُ مِمَّا قَالُوا
·         Ma’rifat dengan Alif lam (al).
a.       Untuk menunjukan sesuatu yang telah diketahui (ma’hud Dzikri)
Surat an nur 35: اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ
b.      Menunjukan sesuatu yang sudah di ketahui dalam benak. (ma’hud dzihni)
Surat al fath 18: لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ
c.       Menunjukan sesuatu yang deketahui karena kehadiranya ( ma’hud hudzuri)
Surat Al maidah 3: الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
d.      Untuk mencakup semuanya (istighroq)
Surat al ‘asr 2: إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
e.       Untuk menerangkan hakekat dari suatu jenis
Surat al ambiya’ 30 : وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ


C.   Penyeutan kata benda (isim) dua kali

            Penggunaan dua kali isim memiliki empat kemungkinan
1.      Keduanya ma’rifah
2.      Keduanya nakiroh
3.      Yang pertama ma’rifah dan yang kedua nakiroh
4.      Yang pertama nakiroh dan yang ke dua ma’rifah
  1. Jika kedua-duanya ma’rifah maka pada umumnya isim kedua adalah yang pertama.
Contoh surat al fatihah 6-7اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ، صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّين
  1. Jika kedua-duanya nakiroh maka yang kedua biasanya bukan yang pertama
Surat ar rum : 54اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَة
·         Do’fun yang pertama  : Seperma (nutfah)
·         Do’fun yang ke dua    : Bayi (tufulah)
·         Do’fun yang ke tiga    : orang tua / lanjut usia( syaikhukhoh)
Surat al ‘usr 5-6  فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا، إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
·         ‘usr yang kedua adalah ‘usr yang pertama
·         Sedangkan yusr yang kedua bukan yusr yang pertama
Ibnu abas mengatakan satu kesulitan tidak bias mengalahkan dua kemudahan
  1. Jika yang pertama nairoh dan yang kedua ma’rifah maka yang kedua itu adalah yang pertama karena sudah diketahui (ma’hud)
Surat al muzamil 15-16 : إِنَّا أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُولًا شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَا أَرْسَلْنَا إِلَى فِرْعَوْنَ رَسُولًا (15) فَعَصَى فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذًا وَبِيلًا
  1. Jika yang pertama ma’rifah dan yang kedua nakiroh maka tergantung pada qorinahnya
·         Kadang qorinahnya menunjukan keduanya berbeda
Surat ar rum 55 : وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يُقْسِمُ الْمُجْرِمُونَ مَا لَبِثُوا غَيْرَ سَاعَةٍ كَذَلِكَ كَانُوا يُؤْفَكُونَ
·         Kadang korinahnya menunjukan sama
Surat az zumr : 27-28 :  وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْآَنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (27) قُرْآَنًا عَرَبِيًّا غَيْرَ ذِي عِوَجٍ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُون

D.  Mufrod dan jamak

  1. الأرض , النور, الصراط , ( selalu dalam bentuk jamak)
  2. ألباب, أكواب , ظلمات (selalu dalam bentuk jamak)
  3. Kata السماء dalam bentuk mufrod menunjukan arti arah atas contoh أأمنتم من في السماء أن يخسف بكم الأرض أي من فوقكم,  وفي السماء رزقكم  . sedangkan dalam bentuk jama’ السموات menunjukan bilangan dan luasnya keagungan (contoh سبح لله ما في السماوات )
  4. Kata الريح dalam bentuk mufrod dalam kontek adzab
Contoh : مَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ
Dalam bentuk (الرِّيَاحِ  ) jamak digunakan dalam kontek rahmah
Contoh: وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
  1. النور dalam bentuk mufrod dan ظلمات dalam bentuk jamak menunjukan arti bawa nur kebenaran hanya satu dan kesesatan banyak. Begitu pula سبيل الحق  dan سبل الباطل menunjukan jalan kebenaran hanya satu dan jalan kesesatan sangat banyak.
  2. Kata yang tersebut dalam bentuk mufrod, mustana, dan jamak. Yaitu ; المشرق والمغرب   
·         Pemakaian dengan bentuk mufrod menunjukan arti arah timur dan barat. Contoh al muzamil ayat 9   رب المشرق والمغرب  
·         Dalam bentuk musana menunjukan tempat terbit dan tenggelamnya matahari. Contoh ar rohman 17. رب المشرقين والمغربين
·         Dalam bentuk jama’ menunjukan arti  tempat terbit dan terbenam di setiap musim (pergantian musim)
Contoh : Al Ma’arij 40: فلا أُقسم برب المشارق والمغاربو المعارج

E.     Lafadz-lafadz dalam al qur’an yang di duga sinonim ( murodif)
1.      الخشية و الخوف artinya takut, akan tetapi  al khosyah lebih tinggi ma’nanya daripada khouf.
Al khosyah adalah rasa takut yang disertai rasa hormat, sedangkan al khouf adalah rasa takut yang timbul karena rasa lemah dari yang merasa takut.
2.      الشح والبخل artinya kikir, lafadz asyuh lebih berat dari pada lafadz al bukhl
3.      السبيل والطريق artinya jalan, lafadz as sabil bayak dipakai pada jalan kebaikan, sedangkan lafadz at thoriq hamper tidak penah dipakai pada kebaikan kecuali disertai sifat atau penjelas yang menunjukan ma’na yang di maksud.
4.      مد وأمد artinya menjulurkan, lafadz amadda anyak digunakan pada sesuatu yang dinenangi sedankan kama madda digunakan dalam hal yang tidak disenangi.

F.     Soal dan jawab dalam al qur’an
1.      Pertanyaan dan jabanya tidak sesuai sehingga jabanya di sebut sebagai uslubul hakim.
Contoh: يَسْأَلُوْنَكَ عَنِ الأَهِلّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيْتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ –البقرة : 189)
2.      Jawabanya lebih umum dari pada pertanyaan
Contoh: :( قُل اللهُ يُنجيكم منها ومن كل كَرْبٍ –الأنعام : 64)  جوابا من : ( مَنْ يُنْجِيْكم من ظُلُمَات البرّ والبحر – الأنعام :63)
3.      Jawaban lebih sempit lingkupnya dari pada pertanyaanya.
Contoh: قُلْ مَا يَكُوْنُ لِى أن أُبَدِّلَهُ مِنْ تِلْقَاءِ نَفْسِى ) جوابا من قوله تعالى ( ائْتِ بِقُرْآنٍ غَيرِ هذا أو بدِّلْهُ – يونس : 15)

11 komentar:

  1. Silahkan Ambil Jika Anda Butuh

    BalasHapus
  2. syukran ustaz, materi ini penting buat sy

    BalasHapus
  3. syukron ustadz sangt bermanfaat buat q...tuk menjalani un

    BalasHapus
  4. blog yang sangat bermanfaat ustadz, tapi maaf sebelumnya, untuk bab nakiroh kategori irodatul wahid, insyaAllah itu surat alqoshosh bukan surat yasin

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

  6. Ustadz, wazan bab ke-2 dari kata ضَلَّ untuk fi'il madhi, يَضِلُّ untuk fi'il mudhari' nya, kalau berdasarkan bab ke-2 tersebut maka masdarnya ضَلًّا. Tetapi ternyata masdarnya menjadi ضَلَالًا. Tolong dijelaskankan kenapa tidak sesuai dengan wazan/rumusnya?

    BalasHapus
  7. Syukron udtadz :) materi ini bermanfaat betul bagi saya ptibadi

    BalasHapus